:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Thursday, April 27, 2006

Bukti Cinta Allah kepada Hamba-Nya

Ada dua cinta yang hakiki dan tak pernah luntur, yaitu cinta Allah kepada hamba-Nya dan cinta ibu terhadap anaknya. Namun keduanya memiliki nilai berbeda.

Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, "Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu." (QS Al-A'raf [7]: 156).

Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah mengibaratkan kalau kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, maka yang sembilan puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian bisa mencukupi seluruh kebutuhan makhluk. Hal ini menunjukkan betapa luasnya cinta Allah. Ada beberapa bukti nyata-dari banyak bukti-tentang besarnya cinta Allah kepada manusia.

Bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya Alquran. Allah SWT, Al Khaliq tidak membiarkan kita kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan Alquran sebagai penuntun hidup, agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat. Firman-Nya, "Kitab ini tidak ada keraguan padanya; (merupakan) petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS Al Baqarah [2] : 2).

Dalam ayat lain difirmankan pula, "Sebenarnya Alquran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; agar mereka mendapat petunjuk." (QS As-Sajdah [32]: 3).

Dr Quraish Shihab mencatat ada tiga petunjuk penting yang diberikan Alquran.
Pertama, petunjuk akidah yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian hari pembalasan.
Kedua, petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan moral, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Ketiga, petunjuk mengenai syariat dan hukum, yaitu dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum dalam hubungannya dengan Allah dan sesama manusia.

Mengutus para rasul
Secara fitrah, setiap manusia membutuhkan teladan yang bisa dijadikan rujukan. Untuk memenuhi kebutuhan itulah, Allah mengutus para Rasul. Dalam QS Al An'am [6] ayat 48, Allah SWT berfirman, "Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Inilah bukti kecintaan Allah yang kedua. Dia tidak membiarkan manusia berjalan "sendirian". Dia mengaruniakan "teman terbaik" yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Firman-Nya, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al Ahzab [33]: 21).

Kita yang hidup tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, dapat membuka warisannya berupa hadis dan sunah. Di dalamnya terdapat penjelasan yang rinci tentang semua ajaran Allah. Ajaran yang berisi tentang petunjuk menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minannas). Di dalamnya kita juga mendapati gambaran karakter mulia Rasulullah SAW sebagai teladan paling baik.

Diciptakannya alam semesta
Allah SWT tidaklah menciptakan alam semesta tanpa maksud. Dia menjadikan semua yang ada di bumi dan di langit untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Difirmankan, Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Baqarah [2]: 29).

Seluruh potensi yang ada di dalam dan permukaan bumi dihamparkan untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak bermanfaat. Nyamuk misalnya. Walaupun menganggu, nyamuk dapat membangkitkan kreativitas manusia, obat nyamuk contohnya. Dengan adanya nyamuk, banyak orang yang tercukupi ekonominya.

Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, sehingga manusia dapat hidup di dalamnya dengan nyaman. Semuanya telah ditata dengan akurat.
Perjalanan siang dan malam, rantai makanan antara makhluk hidup sampai pada lingkungan tempat ia hidup, semuanya telah diatur dengan hukum-Nya.

Luasnya ampunan Allah
Bukti keempat adalah luasnya ampunan Allah SWT. Sebanyak apa pun dosa manusia, Allah pasti akan mengampuni, asalkan ia betul-betul bertobat. Allah SWT telah berjanji dalam Alquran, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya." (QS Hud [11]: 3)

Tangan Allah terbuka setiap saat bagi orang yang mau bertobat. Rasulullah SAW bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertobat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat (HR Muslim).

Dia akan mengampuni semua dosa, sekalipun dosanya sepenuh isi bumi, "Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula," demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

Memberikan rezeki
Allah adalah Al Razzaq, Dzat Maha Pemberi Rezeki. Setiap makhluk diberi-Nya rezeki agar mereka dapat hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak diberi rezeki, termasuk manusia. Firman-Nya, Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki." (QS Saba [34]: 39).

Demikian pula makhluk yang lain. "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)." (QS Hud [11]: 6)

Inilah tanda bukti cinta Allah yang kelima. Setiap kita telah diberi bagian rezeki. Yang perlu dilakukan adalah ikhtiar menjemput rezeki itu. Allah memberi kasih sayang-Nya yang tak terbatas agar kita bersyukur. Dan syukur yang paling utama adalah mengabdi dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Wallahu a'lam.

go to the top of the page

Teman atau Teman Sejatikah Anda?

Seorang teman tidak pernah melihat kita menangis
Teman sejati merelakan bahunya basah oleh air mata kita

Seorang teman mungkin tidak tahu nama orang tua kita
Teman sejati menyimpan nomor handphone orang tua kita di phone booknya

Teman kita akan membawa sebotol anggur pada pesta di rumah kita
Teman sejati sibuk membantu kita mempersiapkan pesta dan pulang setelah membantu membereskan rumah

Seorang teman mungkin marah jika tidurnya terganggu oleh telepon kita
Teman sejati akan bertanya mengapa Anda lama tak menelponnya

Seorang teman akan mendengarkan curhatan Anda
Teman sejati akan membantu Anda menyelesaikan masalah Anda

Seorang teman yang berkunjung ke rumah Anda akan bersikap seperti tamu
Teman sejati akan mengambil minumnya sendiri

Seorang teman menganggap pertemanan berakhir setelah selisih paham
Teman sejati akan menelpon Anda setelah Anda dan dia bertengkar

Seorang teman berharap Anda selalu ada untuknya
Teman sejati berharap selalu ada untuk Anda.

List tersebut bisa Anda tambahkan sendiri.

Uraian ini bukan untuk mengecilkan arti seorang teman, selama kita merasa fun dalam bergaul tak ada ruginya menambah banyak teman. Tetapi kita bisa menjadi seorang teman sejati ;
seseorang yang bisa diandalkan oleh teman
Ada di sampingnya saat ia merasa down
Mencoba menyemangati
Menyediakan waktu untuk mendengarnya berkeluh kesah di telepon jam tiga pagi.


So, hanya teman atau teman sejatikah Anda?

go to the top of the page

Meraih Kemuliaan Manusia

Drs. ASEP SALAHUDIN, M.A.

DARI sekian banyak makhluk Tuhan, nampaknya manusialah yang paling unik dan kompleks. Begitu banyak orang mencoba mengurai sejatinya diri manusia, namun pada saat yang sama betapa tidak sedikit sisi gelap yang belum terbongkar. Satu sudut tersibak, sudut lain tetap diliputi selaput kabut misteri sebagaimana ditulis Dr. A. Carrel dalam Man the Unknown.

Tidak terhitung para filsuf menjadikan hakikat persoalan manusia sebagai objek kajiannya. Ada yang sampai pada kesimpulan bahwa hakikat manusia itu adalah roh (Hegel), yang lainnya menyebut kebutuhan materi (Mark), estetis, etis, dan religius (Kierkegaard), kebebasan (Sartre), cinta kasih (Levinas), keterlemparan (Heidegger), absurditas (Camus), kebersamaan (Gabriel Marcel), dan jauh ke belakang para filsuf Yunani juga berpikir untuk menjawab apa dan siapa manusia itu?

Alquran adalah kitab suci yang salah satu temanya bahkan sebagian besarnya mengangkat seputar manusia. Bahkan kalau kita telisik istilah manusia diwadahi dalam ungkapan yang beragam dengan muatan makna yang berlainan seperti insan, ins, nas atau unas, basyar Bani Adam dan Dzurriyat Adam.

Alquran juga sempat menyinggung bahwa keunikan manusia salah satu faktornya adalah karena dalam dirinya tersimpan satu potensi ketuhanan yaitu roh-Nya yang ditiupkan sejak ajali di mana tidak ada satu pun makhluk yang dapat mengungkap arti hakikat roh itu sendiri.

Manusia juga adalah makhluk yang dengan akal dan hatinya memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya dengan segala konsekuensi yang harus ditanggungnya. Dalam dirinya mengalir dua unsur yang bertentangan, kebaikan dan keburukan. Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha. Dua unsur yang memungkinkannya dapat terbang melampaui keagungan malaikat, namun juga tidak menutup kemungkinan bisa lebih dungu dari ternak sekali pun.

Manusia dengan kreativitasnya mampu membangun peradaban yang luhur dan mengagumkan. Namun ulah manusia juga yang seringkali peradaban itu hancur luluh lantak karena perilaku dan sepak terjangnya yang melewati batas.

Alquran banyak merekam berbagai model manusia terbentang mulai dari yang telah mencapai tahap kesempurnan rohaniah seperti para Nabi, syuhada (orang-orang yang mati syahid membela kebenaran), dan orang saleh sampai orang-orang yang terperosok menjadi sampah sejarah dari berbagai kalangan dan profesi seperti Fir'aun, penguasa (namrudz), ekonom (karun), politisi (haman), dsb.

Mengabadikan perjalanan sebuah bangsa sampai ketika bangsa itu harus mengalami nasib akhir yang mengenaskan ditimpa berbagai malapetaka yang tak tertanggungkan seperti yang di alami kaum Ad, Tsamud, Madyan, dst.

Alquran mengangkat semua itu dengan satu maksud, agar kita sekarang ini dapat memetik pesan moralnya, "Sesungguhnya pada yang demikian itu merupakan pesan moral (ibrah) bagi orang yang memunyai penglihatan tajam" (QS. an-Nur/24: 44), "Maka ambillah 'ibrah wahai yang punya penglihatan" (QS. al-Hasyr/59: 2). Sejarah menanamkan kesadaran kepada diri setiap kita tentang keharusan tidak jatuh dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Dalam ayat yang betebaran kita diseru untuk melakukan perjalanan di muka bumi. Qul siru fil ardli. Sebuah idiom menarik yang lagi-lagi menekankan kepada kita tentang makna penting mengambil pelajaran dari jalannya sejarah masa silam. Sebuah perjalanan untuk mengaca diri kepada mereka yang telah berlalu.
Perintah berjalan untuk melakukan kesaksian ihwal kepastian sunatullah bahwa tindakan yang keliru hanya akan berujung pada kehancuran dan penyesalan yang mungkin terlambat apabila tidak lekas taubat, "apakah mereka tidak pernah bepergian di muka bumi ini, supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu atau mengiang di telinganya untuk didengarkan? Sebenarnya yang buta itu bukan mata, melainkan hati yang ada di dalam dada" (QS. al-Haji/22: 46)

Belajar dari sejarah sama pentingnya dengan belajar terhadap diri sebagaimana pernah disinyalir Prof. Fazlur Rahman bahwa pengetahuan sejarah merupakan bagian penting yang didesakkan Alquran di samping dua pengetahuan lainnya yakni pengetahuan mengenai alam dan pengetahuan ihwal jagat dirinya sendiri.
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di dalam cakrawala dan di dalam diri-diri mereka sendiri sehingga mereka dapat memahami kebenaran. Tidak cukupkah Tuhanmu sebagai saksi terhadap segala sesuatu" (QS. Fushilat/41: 53).

Dari sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa ternyata dalam konsep Alquran, manusia dikatakan manusia acuannya bukanlah sesuatu yang bersifat kebendaan namun semata iman yang kemudian dipantulkan dalam bentuk amal saleh secara optimal (ihsan) (QS. as-Sajdah/32: 7), "...serta lakukanlah ihsan sebagaimana Allah telah melakukan ihsan kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membuat kerusakan" (QS. al-Qashash/28: 77), sungguh-sungguh, dan tidak pernah bersikap setengah-setengah sebagaimana sifat Allah ketika menciptakan seluruh alam ini, "Seni ciptaan Allah yang membuat dengan teliti segala sesuatu..." (QS.an-Naml/27: 88).

Kesadaran-kesadaran rohaniah ini dapat diperoleh minimal melalui tiga pintu masuk tadi, terus menerus mengaca dan membaca diri, dengan cermat belajar dari sejarah dan yang ketiga melalui renungan terhadap alam semesta.

Dengan cara seperti ini maka kemanusiaan kita akan menampakkan grafik yang menaik. Kita berhak mengaku sebagai manusia. Jika tidak, maka dalam tilikan Allah kita tak lebih adalah binatang atau malah lebih dungu. Ulaika kal an'ami bal hum adhall.

Kalau tempo hari Filsuf Modern Rene Descartes menyerukan bahwa berpikir yang merupakan hakikat kemanusiaan sehingga aku berpikir oleh karena itu aku ada. Cogito ergo sum. Keberadaan manusia" (mode of existence) dalam Islam, sekali lagi, diacukan kepada amal salehnya. Manusia ada karena amal saleh.. Dalam ajaran Islam berpikir saja tidak cukup tapi harus juga diiringi dengan bekerja, bahkan iman (amanu) saja tidak memadai sekadar pengakuan verbal (QS. al-Maidah/5: 41) tapi musti diiringi dengan perbuatan baik (QS. al-Araf/7: 42, Yunus/10: 4, al-Ra'd/13: 29). Iman tidak sekadar mengental dalam hati dan diikrarkan lewat lisan tapi juga bagaimana iman itu menjadi energi yang aktif menggerakkan manusia untuk terlibat dalam tanggung jawab kesejarahan.

Alquran dengan jelas menyatakan bahwa seorang mukmin adalah figur yang harus menebarkan kasih kepada yang lain (QS. al-Fath/48: 29), melakoni hidup dengan penuh kerendahan hati (QS. al-Furqan/25: 63), pemaaf (QS. al-Araf/7: 199), santun kepada sesama (QS. al-Fath/48: 29), dan memaafkan kesalahan orang lain (QS. al-Baqarah/2: 109) bahkan dalam keadaan marah (QS. al-Syura/42: 37).

Dalam ungkapan Jalaludin Rumi:
Aku sudah muak dengan binatang buas
Dan binatang lain;
Yang kuinginkan hanyalah manusia
Insanan arzust!

Penulis, Ketua DKM al-Ikhlas Jl. Gitar Turangga/ Pembantu Dekan I Fak Syariah IAILM.

go to the top of the page

Bilal

karang smi 05

Bilal
Budak belian yang berbadan legam
tak lebih berharga dari seekor keledai
berselimut padang pasir
beratap terik mentari

Bilal
Sampai saatnya datang hidayah
hingga siksa penguasa kamu anggap sebagai ganjaran
jiwa mu tak terbeli oleh lata dan uza
langkah mu telah terpatri oleh berkah

Bilal
Jiwa mu telah terpaut oleh kerinduan hakiki
hingga sebening mata air zam zam
suara adzan mu dirindukan siapa saja
hingga memantul pada setiap dinding sorga

Bilal
Sebuah perjalanan yang kekal
langkah mu menumbuhkan inspirasi
jejak kaki mu bertahta emas
sebidang istana di sorga menanti mu

Bilal
Insya Allah
kami menapak tilas langkah mu
amin


(sebaik baiknya kata adalah kitab Allah)

go to the top of the page